Bissmillah,,
Sebelum saya bercerita, izinkan lah saya mengawalinya dengan sebuah do'a "Taqabalallahu Minna wa Minkum". Semoga Allah menerima amal kita semua, khususnya seluruh upaya mendekatkan diri kepada-NYA yang telah kita lakukan selama kurang lebih satu bulan kebelakang pada momentum bulan suci ramadhan. Tak lupa, saya juga menghaturkan permohonan maaf, maaf atas tulisan yang mungkin selama ini ada yang tidak berkenan dihati. Maaf atas candaan yang malah mendominasi pesan yang ingin disampaikan. Mohon maaf atas ketidak konsitenan saya, dalam mengambil sikap pada tema/genre/keyword tertentu. Semoga niatan untuk saling memaafkan ini bukan hanya ritual tak bermakna, bukan hanya euforia semu, dan semoga Allah juga memaafkan atas semua kekhilafan yang telah umatnya lakukan. Terakhir, semoga kita termasuk orang yang naik pangkat di sisi Allah SWT.
Kembali pada niatan awal bahwa saya ingin bercerita mengenai sebuah kisah. Begini ceritanya:
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa negara Jerman adalah salah satu negara industri terkemuka. Produk-produk top seperti Benz, BMW, Siemens asalnya dari sini. Dalam teori konsumsi keynes dikatakan bahwa ada pengaruh pendapatan disposable dengan konsumsi. Pada dasarnya, ada konsumsi menemum yang harus dipenuhi terlepas apakah pendapatannya bisa memenuhinya atau tidak. Tapi, ketika konsumsi menimum telah terpenuhi, sisa pendapatan masih banyak, maka ada kecenderungan kelebihan pendapatan dikonsumsi juga. Artinya, makin banyak duit, maka konsumsinya pun makin banyak. Berdasar pada teori tersebut, mungkin banyak yang mengira warga jerman hidup kaya, kemudian senang foya-foya.
Ketika saya tiba di Hamburg, saya bersama rekan2 masuk ke restoran. Kami lihat banyak meja kosong. Ada satu meja dimana spasang anak muda sedang makan. Hanya ada 2 piring makanan dan 2 kaleng minuman di meja mereka. Saya bertanya dalam hati apa hidangan yang begitu simple dapat disebut romantis & apa si gadis tidak akan meninggalkan si pemuda kikir tersebut? Kemudian ada lagi beberapa wanita tua di meja lainnya. Ketika makanan dihidangkan, pelayan membagi makanan tersebut & mereka menghabiskan tiap butir makanan yang ada di piring mereka.
Karena kami lapar, salah seorang rekan kami pesan lebih banyak makanan. Saat selesai, tersisa kira-kira sepertiganya yg tak dapat kami habiskan tersisa di meja.
Begitu kami hendak meninggalkan restoran, wanita tua yang dari meja sebelah berbicara pada kami dalam bahasa Inggris, kami paham bahwa mereka tak senang kami menyisakan makanan.
"Kami yang bayar kok, bukan urusan kalian berapa banyak makanan yang tersisa", kata rekanku pada para wanita tua tersebut. Wanita-wanita itu meradang. Salah satunya segera mengeluarkan HP & menelpon seseorang. Sebentar kemudian seorang lelaki berseragam Sekuriti Sosial pun tiba. Setelah mendengar tentang sumber masalah pertengkaran, ia menerbitkan surat denda Euro 50 pada kami. Kami semua terdiam. Petugas tsb berkata dengan suara yg galak ;
“PESAN HANYA YG SANGGUP ANDA MAKAN, UANG ITU MILIKMU TAPI SUMBER DAYA ALAM INI MILIK BERSAMA. ADA BANYAK ORG LAIN DI DUNIA YG KEKURANGAN. KALIAN TDK PUNYA ALASAN UTK MENSIA-SIAKAN SUMBER DAYA ALAM TSB.”
Pola pikir dari masyarakat di negara makmur tersebut membuat kami semua malu sekali, KAMI SUNGGUH HARUS MERENUNGKAN HAL INI. Kita ini dari negara yang tak makmur-makmur amat. Demi gengsi, kita sering pesan banyak & sering berlebihan saat menjamu orang. Juga saat dijamu di pesta, ambil banyak makanan di piring tapi tanpa rasa dosa sering tidak dihabiskan. Pelajaran untuk kehidupan. Untuk mengurangi pemborosan, karena uang memang milikmu, tapi sumber daya alam itu milik bersama. Mari jadi panutan dalam keluarga sendiri, agar anak-cucu kita meniru membenci pemborosan.
Begitulah cerita ketika saya jalan-jalan di wall facebook & menemukan sebuah tulisan yang di share oleh seorang kawan, yang telah anda baca di atas. Dalam Islam, ada ajaran yang mengarahkan kita untuk tidak berlebih-lebihan. Bahkan dalam QS. Al Al'am surat ke 6 ayat 141 tertulis jelas bahwa Allah membeci sikap berlebih-lebihan. Jika kita terlalu sibuk untuk browsing di google hingga lupa akan pesan yang ada dalam QS Al An'am ayat 141 tersebut, semoga tulisan ini bisa mengarahkan kita bahwa sikap berlebih-lebihan merupakan sikap yang tidak disukai baik secara normatif, maupun secara sosial. Atau jangan-jangan ayat tersebut sudah sering dibaca, akan tetapi tidak pernah berusaha mengenal isinya. Sebagai suplemen, jangan lupa untuk membaca pesan yang ada dalam tulisan berjudul
"Proses, Sebuah Pemaknaan".