Bissmillah,,,,
Tiba-tiba ada yang numpang lewat dipikiran tentang
makna sebuah proses. Mungkin telah banyak orang-orang bijak yang berbicara mengenai prioritas sebuah tahapan, yang diantaranya
berorientasi pada proses. Sering kali saya tertarik untuk melihat indahnya lukisan, tanpa menyadari tahapan-tahapan goresan tinta. Mulai dari sketsa, pemilihan warna, kombinasi antar warna, hingga proses sentuhan akhirnya. Coba kita perhatikan sebuah rumah megah. Warnanya putih bersih, ornamennya detail, bau batu alam yang khas, aroma kayu jati dari kursinya. Hingga akumulasi semua detail-detail tersebut bermuara pada kesan kemewahan yang juga elegan. Dibalik kesan mewah nan elegan, jika kita coba telisik lebih jauh, kita akan menemukan bahwa dibalik itu semua, ada "tukang" yang berlumur keringat ketika membangun rumah tersebut. Apakah kita tahu berapa lama pondasi rumah itu dipenuhi lumut? Apakah pernah menyangka bahwa sebelumnya bermula dari tumpukan batu yang sangat tidak berbentuk, tanah merah berkerikil yang siap terbang ketika tertiup angin, batu bata merah yang rapuh, ternyata kini telah menjadi rumah mewah nan elegan. Bagi yang silau dengan hasil, tentu tidak akan menyangka bahwa tetesan keringan, batu-batu, lumut di pondasi, tanah, akan menjadi sebuah bangunan yang indah.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa kecendrungan manusia, ingin bermuara pada yang baik. Akan tetapi, hawa nafsu terkadang menjadi kabut penghalang, yang mereduksi hasrat untuk mendekatkan diri dengan kebaikan. Sering kali saya mendapatkan penjelasan mengenai urgensi Qur'an sebagai pusat informasi Way of Life, melalui sebuah ilustrasi kendaraan bermotor dengan buku panduannya. Jika kita memperlakukan kedaraan tidak sesuai dengan yang seharusnya sebagaimana yang tertera dalam buku panduannya, maka kita akan mendapat masalah. Agar tidak mendapat masalah, kita harus mempelajari buku panduan tersebut, kemudian pemperlakukan kendaraan sesuai dengan informasi yang ada dalam buku tersebut. Setiap informasi yang terkandung dalam Qur'an merupakan panduan hidup yang secara spiritual jika dilakukan akan mendapat banyak pahala. Yang lebih penting, informasi tersebut merupakan jalan hidup yang bisa menyelamatkan kita dari berbagai mara bahaya. Setiap aspek dalam kehidupan, ada dalam Qur'an. Persoalannya, apakah kita mau mengenal, mendalami, serta melakukan apa yang ditulis dalam Qur'an?
Nilai-nilai implementatif yang ada dalam qur'an, bersifat holistik, atau dalam bahasa qur'annya adalah rahmatan lil 'alamin (silahkan baca Q.S al Anbiyaa' [21] : 107). Sehingga tidak bisa terbantahkan bahwa setiap kalimat perintah yang ada dalam Qur'an, merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap insan yang beriman. Karenanya, semakin banyak meluangkan waktu untuk mengkaji Qur'an, maka semakin besar kesempatan kita untuk bisa terus memperbaiki diri. Jika kesempatan tersebut kita manfaatkan dengan baik, kehidupan yang lebih baik, tentu sudah menjadi jaminan.
Ada sebuah kisah yang
Insya Allah bisa kita ambil manfaatnya. Suatu saat, ada 3 orang Indonesia yang berangkat umroh. Sebut saja Kang Komar, Kang Mus & Kang Pipit. Ketika sampai di hotel, mereka ternyata mendapat kamar yang berbeda satu dengan lainnya. Berhubung akan ada pemadaman listrik (kaya di buleud -
garut city aja ada pemadaman listrik), maka manajemen hotel memberikan selebaran. Kang komar sedikit mengerti bahasa arab, walaupun ada beberapa yang harus dibantu dengan google traslate. Beliau membacanya, kemudian mencoba memahami informasi yang terkandung di selebaran tersebut. Berkat usahanya, kang komar mengerti betul pesan yang terkandung.
Rada panjang ya ternyata, betar, ambil nafas dulu. Hhhhhhhh........ (tong diturutan)
Berbeda dengan kang komar, kang mus dan kang pipit ternyata tidak mengerti pesan yang ada dalam selebaran yang mereka terima. Walaupun mereka bisa membaca dengan fasih, akan tetapi mereka berdua tidak mengerti isi pesannya. Isi pesannya adalah berupa pemberitahuan bahwa besok, akan ada pemadaman listrik selama 2 jam, dari pukul 04.00 hingga 06.00. Singkat cerita, tiba lah waktu esok, dan mereka pun bersiap untuk ke mesjid. Berhubung mereka tidur di hotel yang kebetulan berlantai 99, untuk menuju mesjid mereka harus turun ke lantai 1 terlebih dahulu. Kang komar sudah berangkat 30 menit sebelum agenda pemadaman listrik, sehingga pukul 04.00 kurang sudah berada di mesjid. Kang mus dan kang pipit berangkat dari kamar masing-masing jam 04 kurang 5 menit. Dan ternyata, pemadaman berlangsung sesuai agenda. Dan bertepatan dengan posisi kang mus dan kang pipit yang sedangan berada dalam lift, di setengah perjalannya menuju lantai 1. Akhirnya, mereka berdua terkunci dalam lift.
Hikmah apa yang bisa kita ambil? Sebagaimana kita ketahui bahwa ada keyakinan bahwa "membaca saja berpahala". Bahkan mungkin sudah menjadi adagium bahwa cukup dengan membaca saja sudah mendapat manfaat. Dalam konteks al Qur'an, ya saya sepakat. Akan tetapi, jika tidak ada upaya untuk mencoba memahami makna, pesan, serta nilai-nilai yang terkandung dalam al Qur'an, bukan tidak mungkin kita tidak akan mendapatkan makna al Qur'an sebagai way of life seperti yang terjadi pada kang mus dan kang pipit, pada cerita di atas. Mereka berdua membaca dengan fasih, tapi tidak memahami pesan. Hingga akhirnya, mereka tidak mempersiapkan langkah apa yang harus mereka ambil. Bagaimana kita akan mampu berproses, jika tahapan-tahapannya saja tidak kita pahami? Bagaimana kita ingin menjadi baik, jika yang dimaksud dengan kebaikan saja kita tidak mengerti? Apakah kita sudah memahami makna setiap kata yang kita baca ketika melakukan ritual ibadah shalat?
Semoga tulisan ini bisa menjadi penyemangat untuk selalu move on. Terus berproses dari tahapan ke tahapan lainnya. Kita jangan berhenti menjadi batu tak berbentuk, kita punya kesempatan untuk mengambil peran penting dibalik megahnya sebuah bangunan. Kita jangan berhenti menjadi bongkahan batu, karena kita punya kesempatan untuk menjadi batu akik yang bernilai seni tinggi.