Alhamdulillah, pada kesempatan ini saya bisa berbagi sebuah hadis. Kajian mengenai hadis, sudah lumayan lama tidak tersentuh. Sebelumnya, hadits-hadits yang saya kaji, saya publikasikan dalam log lainnya (silahkan lihat :
http://asbabunnuzulquran.blogspot.com). Karena tahu dan lain hal, saya ingin kembali berbagi hadits-hadits yang akan dipublikasikan melalui blog ini (
http://www.ekonsul.com).
Melaui postingan ini, saya akan berbagi sebuah hadits yang saya ambil dari kitab Shahih Bukhari dengan nomor hadits 15 tentang “Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman”. Menurut hasil ijma’ ulama, hadits ini termasuk dalam kategori hadits sahih. Bagaimana teks lengkap hadits tersebut berikut dengan sanadnya? Mari kita simak di bawah!
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Ats Tsaqafi berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"
1. Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya.
Manusia memiliki kecenderungan mencintai hal-hal yang bersifat keduniaan dari pada hal yang bersifat ukhrawi. Misal di usia remaja, lebih banyak yang memilih untuk memiliki pasangan (bukan menikah) daripada menahan diri untuk sendiri. Bahkan, memilih sendiri (tidak memiliki pacar), seolah-olah merupakan hal yang tabu, merupakan hal yang tidak lazim untuk kalangan remaja. Padahal, ada riwayat yang mengatakan bahwa kita dilarang mendekati zina. Bermain hati, merupakan salah satu bentuk zina (zina hati), yang bukan tidak mungkin diikuti dengan zina lainnya seperti zina mata dan lain sebagainya. Perilaku seperti ini, merupakan salah satu indikator bahwa orang yang melakukan hal tersebut sudah tidak menganggap Allah & Rasul-Nya karena berprilaku yang bertentangan dengan ajaran-Nya. Setiap manusia, memiliki kecenderungan yang sama. Oleh karenanya, orang yang sukses adalah orang yang yang bisa melawan kecenderungan, serta memilih untuk menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya karena cinta. Terlepas apakah orang tersebut telah mendapatkan manfaat secara langsung atau belum.
2. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah.
Rasa cinta, merupakan hal naluriah yang ada pada diri setiap insan. Sehingga perlu penyaluran yang tepat. Karena jika rasa itu dibendung, bisa dikatakan sudah menyalahi kodratnya. Akan tetapi, jika rasa cinta tidak tersalurkan pada hal-hal positif yang sesuai dengan syari’at, bisa jadi rasa cinta Lay yang mengantarkan kita pada pintu neraka. Lalu bagaimana mengelola rasa cinta tersebut, agar tidak membahayakan? Siantar caranya adalah dengan mendasarkan cinta hanya karena Allah sematan. Seperti apa bentuknya? Yaitu dengan melaksanakan perintahnya, serta menjauhi larangan-Nya. Misal, jika berzina itu haram, kemudian perbuatan berdekatan dengan lawan jenis yang disertai hawa nafsu yang membara itu merupakan perbuatan yang mengarah pada perzinahan, maka jauhilah! Jika ingin terus berdekatan dengan lawan jenis, maka nikahilah, tentunya harus dibarengi dengan pemenuhan syarat-syaratnya. Itulah cinta, yang dibingkai dengan syari’at serta didasari dengan cinta kepada Allah semata.
3. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka.
Setiap insan, tidak luput dari dosa. Seorang muslim yang baik, akan senantiasa memperbaiki diri dari hari ke hari. Sehingga dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa muslim yang beruntung adalah muslim yang hari sekarang lebih baik dari hari kemarin. Kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat, hendaknya ditebus dengan taubat. Sebaik-baiknya taubat adalah taubat yang sungguh-sungguh. Salah satu indikatornya adalah, rasa takut yang begitu besar akan terjerumus kembali pada perbuatan dosa yang pernah dilakukan. Ketika rasa itu ada, maka itulah buah dari manisnya iman.
Semoga, kita semua bisa merasakan manisnya iman. Semoga dengan upaya kita menulis, membaca, serta berbagi tulisan pada yang lain, bisa menjadi wasilah untuk tetap menjaga keimanan kita terhadap Allah SWT.