Sebelumnya saya sudah berbicara kemudian saya tulis (pliss jangan dibayangin kalo saya nulis ini sambil ngomong sendiri tentang yang akan saya tulis) mengenai
kunci utama membidik peluang bisnis pada postingan
Survei Bahan Baku.
Survei Bahan Baku merupakan kunci utama perburuan peluang bisnis. Kali ini, saya akan mengangkat sebuah tulisan yang lebih penting dari pembahasan mengenai
Survei Bahan Baku dalam konteks berburu peluang bisnis, yaitu tentang
estimasi biaya produksi.
Selain bahan baku, faktor lain yang perlu diperhitungkan untuk mendapatkan HPP adalah
biaya produksi. Karena itulah, proses
estimasi biaya produksi menjadi hal yang perlu dikaji. Faktor apa saja yang harus dipertimbangkan? Hal ini bisa dilihat dari beberapa aspek, diantaranya adalah:
Teknik produksi
Contoh, untuk membuat spon poles, ada beberapa alternatif cara. Dengan ketebalan spon 4cm, cara yang paling baik adalah dengan menggunakan alat bubut. Cara ini pula yang menjadi pilihan paling sering digunakan (mungkin :D), dalam memproduksi spon poles. Tingkat presisi yang baik, kemampuan mesin yang mumpuni, serta pengerjaan yang bisa menghasilkan kualitas produk yang OK, merupakan alasan mengapa banyak yang menggunakan mesin bubut. Akan tetapi, bagi yang tidak memiliki mesin bubut, tentu harus main-main dengan kalkulator terlebih dahulu. Kita juga harus betul-betul mempertimbangan harga pasar (produk pesaing), mengingat harga mesinnya yang fantastis. Mesin bubut termasuk kategori spesialis tools, wajar kalo harganya selangit. Jika kita memanfaatkan jasa tukang bubut, sepertinya kita juga harus mempertimbangkan biaya produksi yang akan membengkak mengingat biaya bubut juga lumayan mahal. Perhitungannya pun bukan per biji, tapi per jam. Jika dalam waktu 1 jam hanya bisa menghasilkan produk sekian biji, jangan-jangan perbandingan antara biaya produksi dengan harga pasar tidak signifikan, karenanya tentu kita harus pikir ulang.
Alternatif lain misalnya dengan memilih bahan tipis agar bisa menggunakan tools sederhana, walaupun dengan resiko harus ada proses lain selain pemotongan. Misal ditambah proses pengeleman. Ini juga harus dipertimbangkan. Intinya, kita harus betul-betul memikirkan cara terbaik (murah tapi bukan murahan) untuk memproduksi produk yang kita maksud, agar memperoleh hasil yang tidak mengurangi fungsi utamanya, waktu yang efisien, serta biaya yang paling murah. Dalam hal ini, ada kalanya kita dituntut untuk berkreasi menciptakan teknik produksi yang mungkin belum pernah terpikirkan. Ketika ini berhasil dilakukan, kemudian biaya produksi bisa ditekan hingga 80% atau lebih, maka tugas kita selanjutnya adalah tinggal promosi. Keuntungan besar (karna biaya produksi murah), barang juga akan laku keras (karna kita menjual dibawah harga pasar).
Alat yang digunakan
Penjelasannya hampir sama sih dengan uraian di atas. Hanya saja, yang membedakan adalah fokus pembahasan. Jika dalam teknik produksi fokus pembahasan mengenai alternatif cara memproduksi, maka pada kajian mengenai alat yang digunakan, yang dibahas adalah alternatif alat. Ada banyak alternatif tools yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi spon poles. Akan tetapi, dari sekian banyak, saya memilih untuk membuat sendiri tools yang nantinya akan digunakan sebagai senjata pamungkas. Hingga saat ini, tools "made in dewek" lah yang menurut saya paling efektif, terutama efisien alias murah bin meriah. Dan inilah yang menjadi kekuatan saya untuk memborbardir harga pasar spon poles di khasanah dunia perbatu akikan. Tidak ada maksud untuk menjatuhkan harga, akan tetapi, dengan biaya produksi yang murah, mengapa harus dijual mahal? Dan yang paling penting, kita bisa membantu orang lain yang membutuhkan tools ini, karena harganya yang murah. Bahkan, bukan tidak mungkin akan melahirkan pedagang-pedagang (reseller) sukses. Aamiin,,,
Waktu pengerjaan
Waktu pengerjaan juga merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Masa iya jualan produk yang waktu pengerjaannya memakan waktu seharian, tapi dijual murah (tidak sesuai dengan biaya produksi). Buat ganti es teh + nasi rames sambal ijo aja ga bisa? Jadi, kita juga harus mempertimbangan waktu & tingkat kesulitan dalam pengerjaan produk. Berapa "upah" yang layak untuk mengganti waktu selama memproduksi? Ini juga harus menjadi pertimbangan dalam menentukan HPP yang tepat.

Dari 3 postingan sebelumnya yang telah dipublikasikan, menurut saya ini merupakan yang terbaik (emangnya juri Hafidz Indonesia? pake dikomentari segala). Mengapa? karena dari pengalaman saya pribadi, pada tahapan inilah momentum yang membuat saya berani mengambil langkah untuk memproduksi (dalam hati: "karna biaya produksi yang murah, untungnya bisa banyak. Makanya saya ambil peluang ini. Haha,,). Kreatifitas kita dalam menekan biaya produksi dengan berbagai cara, sangat berpengaruh terhadap hasrat kita untuk terjun dalam dunia bisnis.
Setelah melakukan tahapan ini, langkah selanjutnya adalah menentukan strategi pemasaran yang tepat. Agar lebih khidmat, mari kita bahas pada tulisan mengenai
Menentukan Strategi Pemasaran.
casino, poker https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ room, blackjack, bingo room, blackjack, bingo room, poker room, poker room, poker room, bsjeon poker room, 바카라 사이트 poker room, poker 1xbet app room, https://septcasino.com/review/merit-casino/
bisa jadi ICM, bisa jadi juga kabel yg mengarah ke system ICM. karna pada blazar system pengapian 1 dan 4 itu pasangan, 2 pasangan sama 3
2. Untuk guru tambahan, harusnya dibarengi dengan SK penugasan disekolah lain (dari admin sekolah inti). Dan harus kita aprove sebagai guru tambahan disekolah kita.
1) disekolah saya ada beberapa guru baru yang belum punya nuptk/peg-id, karena dia baru sehingga tidak bisa dibuatkan peg-id, nah... ketika saya (OPS) membuat jadwal mingguan, nama guru tersebut tidak bisa muncul, gimana solusinya?
2) disekolah saya juga banyak guru sertifikasi dengan tambahan jam ( Bukan guru murni/asli dari sekolah kami), sedangkn guru2 tersbut terdaftar memiliki satminkal di sekolah masing2, guru2 ini juga tidak bisa muncul di jadwal mingguan. Bagaimana solusinya? tolong....